Jumat, 16 Juli 2010

ANEMIA DALAM KEHAMILAN 01

Rabu 14 Juli 2010

Kekurangan darah atau anemia adalah suatu keadaan kronis dimana kadar hemoglobin dan atau jumlah eritrosit berkurang. Seseorang dianggap menderita anemia bila kadar Hb < 8 mmol/l pada pria atau < 7 mmol/l pada wanita.
Hemoglobin melakukan fungsi utama dan sel darah merah dengan mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan korbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru. Tergantung dari penyebabnya, dapat dibedakan dua tipe anemia utama yaitu anemia Ferriprive dan anemia Megaloblaster.

a. Anemia Ferriprive (anemia skunder)
Penyebab paling umum dari anemia adalah kekurangan besi (lat prive : kekurangan) untuk sintesa hemoglobin. Cirinya adalah kadar hemoglobin per eritrosit dibawah normal (hipokrom) dengan eritrosit yang abnormal kecilnya (mikrositer) dan mcv rendah.
Penyebab defisiensi besi jenis anemia ini juga disebut nutritional anemia, dan sering kali disebabkan oleh : perdarahan mukosa lambung, misalnya disebabkan cacing tambang, obat tertentu (aspirin, NSAID’s) atau juga karena tukak lambung.

b. Anemia Megaloblaster
Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 atau asam folat dan bercirikan sel darah abnormal dan besar (makro dengan kadar Hb per eritrosit yang normal atau lebih tinggi (hipokrom) dan MCV tinggi. Kekurangan vitamin tersebut dapat disebabkan oleh gangguan reabsorbsi, seperti penyakit tertentu, yakni coeli (diare akibat hipersensitivitas)

c. Anemia Ferniciosa
Suatu bentuk anemia spektrum ganas yang disebabkan defesiensi vitamin B12 (=extrinsic factor) ini tidak dapat diserap dari makanan karena tidak adanya intrinsic factor (Castle, 1929) di lambung. Intrinsic factor atau hemoetine adalah suatu hormon yang disekresi oleh sel parietal di ujung lambung. Gejalanya berupa kelainan disaluran cerna (daya resorpsi yang buruk, nyeri lidah dan sebagainya) yang sangat serius adalah timbulnya kerusakan irreversible dan sistem saraf dengan gangguan neurology, seperti rasa kesemutan (paresthesia) pada kaki/tangan dan berkurangnya reflek otot. Selain itu, juga nampak degenerasi pada otak, sum-sum tulang, dan saraf perifer. Akibatnya adalah timbul gejala psikis seperti hilang ingatan, halusinasi, depresi, kebingungan, dan dementia. Anemia ferniciosa sering timbul pada lansia, lazimnya kaum wanita.

d. Anemia lain
Dikenal beberapa bentuk anemia serius yang tidak ada hubungannya dengan kekurangan besi atau vitamin yaitu :
 Anemia aplastis yaitu eritrosit atau unsur darah lainnya tidak terbentuk lagi. Dapat juga disebut jenis primer atau congenital yang disebabkan oleh keturunan dan jarang terjadi. Jenis skunder ditimbulkan oleh perusakan langsung sum-sum tulang sebagai efek samping obat. Terkenal buruk dalam kasus ini adalah kloramfenikol, karbimazol, sitostatika, seperti Busulfan dan doksorubisin) juga insektisida.

 Anemia Hemolitis, yaitu eritrosit dirusak Hb dilarutkan dalam serum, dan dieksresikan lewat kemih, antara lain pada malaria tropica.

Terapi
Karena anemia hanya merupakan gejala saja, maka sebelum menjalani pengobatan, perlu terlebih dahulu ditentukan jenis dan penyebabnya. Untuk tujuan ini, dilakukan pemeriksaan sel darah dan adakalanya dari sum-sumtulang serta penentuan kadar besi B12 dan folat dalam darah.

Anemia Ferriprive umumnya diobati dengan suatu garam ferro (ferrofumarat atau glukonat) untuk menormalisasi kadar Hb. Akan tetapi penyebabnya mungkin tetap masih ada, seperti pada tumor atau borok lambung. Pada jenis anemia ini vitamin B12 atau folat tidak berguna, malah dapat merugikan, karena menyulitkan diagnosa anemia primer berhubung cepat lenyapnya megaloblas (tingkat permulaan eritrosit besar) dari sum-sum tulang.

Anemia ferniciosa perlu ditangani dengan vitamin B12. asam folat tidak dapat diberikan, karena walaupun gambaran darah terlihat menjadi normal, namun dapat menyelubungi defisiensi vitamin B12. lamanya terapi perlu minimal tiga bulan, sesudah masa latensi dari Ca 10 hari, kadar Hb (hemoglobin) akan naik Ca 1% (=0,15 g%) sehari sampai nilainya kembali normal dalam waktu 1-2 bulan kemudian perlu dilanjutkan 1-2 bulan lagi guna mengisi depot tubuh.

Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia karena kekurangan zat besi.

Tanda dan gejala
Keluhan lemah, pucat, mudah pingsan sementara tensi masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi, pucat.

Diagnosis pemeriksaan kadar Hb dan darah tepi akan memberikan kesan pertama. Pemeriksaan Hb dengan Spektrofotometri merupakan standar, kesulitan ialah alat ini hanya tersedia di kota.
Di Indonesia penyakit kronik seperti malaria dan TBC masih relatif sering dijumpai sehingga pemeriksaan khusus untuk membedakan dengan defisiensi asam folat dan thalasemia juga dapat dimungkinkan.

Penanganan
Terapi anemia besi ialah dengan preparat besi oral atau parenteral. Terapi oral ialah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat atau Na-fero bisitrat.

Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Na-fero bisitrat dibandingkan dengan fero sulfat. Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 g asam folat untuk profilaksis anemia.

Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml/IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/IM dan bila tidak ada reaksi dapat diberikan seluruh dosis.

Diposkan oleh Joko Iskandar, SP. di 22:15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar